Oleh : Drs. Ali Fauzi
disampaikan dalam kajian dialog Interaktif subuh di masjid An-Nuur Jember (4 Agustus 2011)
Aqidah merupakan landasan yang paling penting yang harus diperhatikan oleh muslim.
setiap amalan-amalan yang dilakukan oleh seorang muslim memiliki kadar kualitas sesuai dengan aqidahnya.
kata aqidah diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
setiap amalan-amalan yang dilakukan oleh seorang muslim memiliki kadar kualitas sesuai dengan aqidahnya.
kata aqidah diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Syetan dan para pengikutnya juga menggunakan istilah "Ukod" (ikatan) dalam menimbulkan kemudhorotan pada manusia.
Banyak sekali istilah akad yang bisa ditemukan di dalam Al Qur'an, antara lain :
Al Maidah: 1
Al Isro' : 24
Kebanyakan istilah aufu bil ukud diartikan sebagai janji. Tetapi tidak sepenuhnya istilah janji mewakili makna yang sebenarnya. Karena konsep itu berhubungan dengan pemenuhan aqidah secara sempurna.
Pada dasarnya semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu aqidah. karena hakikat dari aqidah adalah keyakinan yang dapat melahirkan tata nilai yang ditaati manusia. Walaupun secara khusus kebenaran yang dikandungnya masih bersifat subjektif berdasarkan persepsi manusia.
Aqidah dalam islam menunjukkan keyakinan yang terhadap Robbul alamin. Dorongan keyakinan tersebut sangatlah kuat hingga seakan seperti ikatan yang tidak boleh lepas. Pemahaman yang dalam terhadap konsep aqidah membuat Hati mukmin terikat kuat oleh kekuasaan Allah SWT. keyakinan tersebut memicu ketaatan yang sangat tinggi terhadap aturan-aturan yang dibuat oleh Allah SWT. sehingga mampu membangun loyalitas yang tinggi dalam islam.
Keyakinan yang dipegang oleh mukmin tidak hanya membawa misi kebaikan, tetapi juga merupakan kesadaran bahwa apa yang diikuti dan ditaati adalah suatu kebenaran sejati. Karena tidak semua hal yang diyakini oleh manusia memiliki unsur kebenaran. Maka untuk mengetahui kebenaran hal-hal yang diyakini tersebut perlu landasan berupa Al Qur'an dan sunnah Rosul.
Aqidah yang paling utama adalah Tauhid, yaitu konsep ke-esa-an Allah sebagai satu-satunya ilah. Dalam kalimat " " terkandung konsekuensi yang sangat berat bagi orang-orang yang memahaminya. kata "Laa" yang berarti "tidak" menghapus semua keberadaan illah (sesembahan, pentaatan, ketundukan, kepatuhan,dll) terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Padahal banyak sekali praktik kepercayaan yang dijalankan oleh manusia, walaupun belum tentu terjamin kebenarannya. Sementara kalimat "laa ilaaha illa Allah" menuntut orang-orang yang mengaku muslim untuk membuangnya. Kemudian barulah "illa Allah" (melainkan hanya Allah) muncul sebagai jawaban. Allah SWT benar-benar tidak rela dzat-Nya disaingi oleh ilah-ilah lain yang sebenarnya sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk memberi kemashlatan dan kemudhorotan bagi manusia. Maka sudah sepantasnya apabila ada seruan Allah terhadap umat terhadap suatu urusan, tidak pantas bagi mukmin membantahnya ataupun sekedar malas menjalankannya.
Iman tidak cukup diwujudkan dalam angan-angan. Iman terpatri kuat di dalam hati dan terealisasi dalam amal shalih yang dapat diamati secara nyata.
“Laisaliimaanu bittamaani wa laa bittajaali wa lakinnamaa wuqiro fi qolbi wa shodaqohul’amal”
artinya : Iman bukanlah angan-angan dan bukan pula sesuatu yang kongkrit, tetapi gejolak di dalam hati dan di aplikasikan dengan amal perbuatan.
”Al imaanu huwa tasdiiqu bilqolbii wa iqror billitsaani wa af’alu bil arkan”
artinya : Iman itu diyakini dengan hati, di ucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. cukup satu unsur saja hilang maka tidak ada keimanan yang bisa dipertanggungjawabkan.